Minggu, 27 Februari 2011

Pertolongan pertama bayi jatuh


PERTOLONGAN PERTAMA BAYI JATUH
Hati-hati jangan langsung menggendongnya. Pastikan dulu bagaimana
kondisinya!

Usia bayi adalah masa rawan terjadi kecelakaan. Saat ia belajar
berguling umpamanya dan orangtua lengah, ia bisa saja terjatuh dari
tempat tidur. Untuk itulah manajemen penanganan kasus bayi terjatuh
amat diperlukan. Yang pasti, saat si kecil terjatuh, jangan hanya
mengkhawatirkan bagian kepala saja, karena semua anggota tubuhnya
memiliki risiko yang sama untuk mengalami benturan yang dapat
membahayakannya. Berikut penjelasan dr. Anna Tjandra, Sp.A dari RSAB
Harapan Kita, Jakarta mengenai manajemen kecelakaan pada anak yang
sederhana, yaitu:

* Menyaksikan langsung anak terjatuh.

- Perhatikan bagian mana dari tubuh anak yang mengalami benturan.

- Ingat proses jatuhnya, apakah langsung menghujam ke lantai atau
terbentur sesuatu terlebih dahulu baru ke lantai.

- Pastikan dari ketinggian berapa meter anak terjatuh dan media apa
yang menjadi tempat pendaratannya.

- Lihat dan perhatikan baik-baik kondisi si kecil. Apakah setelah
jatuh langsung menangis dan menggerak-gerakkan semua anggota
badannya? Jika ya, kita bisa langsung menggendong untuk
menenangkannya. Setelah ia tenang, baru lakukan observasi.

- Adapun observasi yang perlu dilakukan adalah:

+ Cari dan ingat bagian-bagian mana saja yang lebam/benjol/ memar di
seluruh anggota badan bayi. Jika menemukan benjolan di kepala atau
memar di badan, boleh diobati dengan obat antitrauma oles. Jika pada
bagian kepala tidak ditemukan lebam atau benjol, tapi bayi menangis
saat dipegang, larikan segera ia ke rumah sakit terdekat.

+ Coba gerakkan kedua tangan bayi, ke samping, ke atas, ke bawah, ke
depan, lalu rentangkan dan angkat-angkatlah. Jika ada keluhan
pastikan di tangan yang mana dan saat dalam posisi seperti apa. Ini
sebagai bahan untuk dilaporkan ke dokter.

+ Lakukan hal yang sama pada kaki.

+ Tengokkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri. Coba dekatkan dagu
bayi ke dada secara perlahan. Jika ada keluhan catat sebagai laporan
pada dokter.

+ Miringkan badan si kecil ke kiri dan ke kanan. Jika ada keluhan
catat dan laporkan ke dokter.

- Observasi perlu dilakukan selama 2×24 jam. Jika dalam kurun waktu
itu ada keluhan, apalagi sampai muntah dengan menyembur, segera
larikan ke rumah sakit terdekat.

- Sebaliknya bila setelah jatuh dalam keadaan sadar tapi pasif
(apalagi tidak menggerak-gerakkan anggota badannya) jangan
mengangkatnya. Hubungi UGD rumah sakit terdekat atau 118 untuk minta
pertolongan paramedis. Salah mengangkat dalam kondisi seperti ini
dapat berisiko fatal.

* Jika menemukan si kecil sudah di lantai.

- Perhatikan keadaan bayi; sadar atau tidak, menangis atau tidak,
dapat menggerak-gerakkan anggota badan atau tidak. Jika ia tidak
sadar atau sadar tapi pasif, ingat jangan menggendongnya, tapi
segera minta bantuan paramedis terdekat, UGD atau 118.

- Perhatikan dalam posisi seperti apa si kecil saat ditemukan.

+ Jika dalam keadaan tengkurap kemungkinan besarnya aman. Tapi kita
mesti melakukan pemeriksaan seputar bahu, kedua tangan, dada dan
kaki. Caranya gerakkan tangan ke atas, depan, samping. Jika ada
keluhan sakit segera bawa ke dokter.

+ Jika dalam keadaan telentang. Periksa dan perhatikan daerah kepala
bagian belakang, leher, punggung, dan panggul, mulai dari tanda
lebam atau merah, hingga keluhan sakit saat disentuh dan digerakkan
seperti yang telah disebutkan di atas. Pastikan bayi tidak muntah
atau mengalami penurunan kesadaran dalam 2×24 jam. Jika ada keluhan
segera larikan ke dokter.

+ Jika bayi ditemukan dalam posisi miring, kanan atau kiri.
Perhatikan dan periksa kepala, tangan yang menjadi tumpuan badan,
juga kaki. Lakukan pemeriksaan seperti yang disebutkan di atas. Jika
ada keluhan segera larikan ke dokter.

+ Jika ditemukan dalam posisi duduk. Periksa dan pastikan bayi masih
sadar, biasanya menangis, dan mampu menggerakkan anggota badan.
Periksa bagian panggulnya, ada tidak tanda memar, merah, atau sakit
saat dipegang atau digerakkan. Jika ya segera larikan ke dokter.

* Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan

- Dalam posisi apa pun jatuhnya si kecil, jangan lupa melakukan
pemeriksaan mata. Baiknya menggunakan senter:

+ Masih bereaksikah saat kita senter matanya, mengedip, menutup
matanya atau kaget. Jika tidak bawa segera anak ke rumah sakit.

+ Gerakan senter ke kanan dan ke kiri, masih mampukah bayi mengikuti
gerakan sinar. Jika tidak ia harus segera dilarikan ke rumah sakit.

+ Perhatikan pupil matanya, apakah pupil mata yang kiri dan kanan
sama besar/kecilnya saat kita senter satu per satu. Jika sama kita
bisa bernapas lega. Bila tidak, bayi perlu menjalani pemeriksaan
lebih lanjut, seperti CT Scan.

- Ukur dan pastikan si kecil jatuh dari ketinggian berapa. Sebab
semakin tinggi pastinya gaya gravitasi bumi akan lebih kuat menarik
si anak. Tentu efek yang ditimbulkan pun semakin besar.

EFEK POSISI JATUH

Di bawah ini kemungkinan- kemungkinan yang bisa terjadi pada bayi
saat terjatuh. Dengan pengetahuan ini diharapkan orangtua bisa lebih
memahami kondisi bayi bila terjatuh dan mampu melakukan pertolongan
pertama yang benar:

* Jika kepala terlebih dahulu yang membentur lantai

Di sebelah mana pun benturan itu terjadi selama masih di kepala,
kita perlu mewaspadainya. Tulang tengkorak bayi masih rapuh dan ia
belum memiliki refleks untuk menahan dengan baik. Kemungkinan yang
bisa terjadi, bayi mengalami fraktur atau retak/patah tulang
tengkorak kepala, atau perdarahan di luar tengkorak atau di dalam
tengkorak.

Perdarahan di luar dapat ditandai dengan adanya benjol/memar. Selama
tidak ada fraktur, kondisi ini bisa dikatakan tidak parah. Rabalah
ubun-ubunnya apakah menjendol atau tidak. Ubun-ubun yang menjendol
menjadi tanda adanya peningkatan tekanan dalam otak yang dapat
terjadi karena edema otak atau perdarahan.

Harap diketahui, bila tidak ditemukan benjolan/memar, tapi bayi
menangis (atau justru tidak menangis dan langsung tertidur), tidak
sadarkan diri, mengalami kejang/muntah- muntah (yang menyembur bukan
gumoh), ada kecurigaan bayi mengalami perdarahan di dalam tengkorak
kepalanya. Segera larikan ke rumah sakit terdekat.

* Jika dada terlebih dahulu yang membentur permukaan

Kalau tempat mendaratnya datar, kemungkinan risiko bayi untuk cedera
lebih sedikit. Sebaliknya, tempat mendarat yang tidak mulus atau ada
tonjolan yang tepat mengarah ke dadanya dapat mengakibatkan
fraktur/parah tulang iga atau rusuk yang patahannya dapat mengenai
organ paru-paru atau jantungnya. Untuk itu perhatikan apakah si
kecil dapat bernapas secara normal atau tidak.

Umumnya jika bagian dada terlebih dahulu yang “mendarat”, secara
alami tangan akan membuat perlindungan terlebih dahulu. Karena itu
periksa juga kondisi tangan dan bahu bayi. Apakah ada pergelangan
tangannya mengalami patah atau adakah sendi yang keluar (dislokasi)
dari tempatnya. Periksa juga bagian kepala, khususnya dahi. Biasanya
saat mendarat, sekalipun dada terlebih dahulu, kepala langsung
menyusul membentur lantai.

* Jika panggul terlebih dahulu yang mendarat

Kemungkinan besar bayi akan mengalami dislokasi atau fraktur tulang
panggul. Karena panggul berhubungan langsung dengan tulang belakang,
dikhawatirkan ada saraf-saraf yang terjepit. Jika yang terjepit
saraf kaki biasanya si kecil tidak bisa menggerakkan kakinya alias
lumpuh.

* Jika yang mendarat kaki terlebih dahulu

Kejadiannya pada tiap bayi bisa berbeda. Jika ia sudah bisa berdiri
pasti akan menahan tubuhnya dengan kaki lalu jatuh bersimpuh. Risiko
kasus ini adalah dislokasi atau keseleo. Pada bayi di bawah 6 bulan
meski belum mampu menahan tubuhnya, secara alami badan bayi akan
terjatuh ke depan dan sebelum mendarat tangannya akan menjadi
bumper.

* Jika yang mendarat bokong duluan

Berbahaya karena kaitannya langsung dengan tulang belakang dan dapat
mengakibatkan patah pada tulang punggung bayi. Risiko lain, bila ada
saraf yang terjepit bisa mengakibatkan kelumpuhan. Bayi yang
ditemukan terjatuh pada posisi seperti ini jangan digendong. Biarkan
paramedis yang melakukan pertolongan. Tapi jika si kecil sadar dan
bisa aktif kita bisa langsung menggendongnya.

* Jika yang mendarat terlebih dahulu punggung

Menjadi bahaya jika saat mendarat posisi leher ikut
terlipat/tertekuk karena bisa mengakibatkan keseleo dan fraktur
tulang leher. Bila bayi dalam keadaan tidak sadar jangan mencoba
mengangkatnya. Langkah yang bisa kita lakukan adalah minta bantuan
paramedis di UGD di rumah sakit atau 118. 

sumber : www.ibudanbalita.com 

~Stay Cool and Lovely ~

MENGANTAR ANAK BAIK DENGAN KEKUATAN DOA


MENGANTAR ANAK BAIK DENGAN KEKUATAN DOA

by Momme Nadia Aufaa on Sunday, February 27, 2011 at 8:25pm
 Doa orang tua untuk anaknya yang terdapat dalam Al Quran dan Hadits:

1. Wahai Rabb kami, anugerahkanlah bagi kami pasangan-pasangan hidup dan keturunan sebagai penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (Al-Furqan 25:74)

2. Wahai Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk melakukan amal shalih yang Engkau ridhai, dan berikanlah kebaikan kepadaku dengan kebaikan anak keturunanku (Al-Ahqaf 46:15)

3. Doa Nabi Zakaria ketika berdoa, Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan sebahagain keluarga Ya'kub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai. ( Maryam 19:4-6)

4. Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan keturunanku sebagai orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. Wahai Rabbku, kabulkanlah doaku. (Ibrahim 14:40)

5. Usamah Bin Zaid ra menceritakan beliau Muhammad Shallallahu 'alahai wa sallam pernah mmelukku bersama Al-Hasan lalu mendokan, " Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai mereka berdua, maka cintailah mereka". (HR. Al-Bukhari no. 3735)

6. Dari Anas ra, ia berkata, " Pada suatu ketika ibuku, Ummu Anas datang (dengan saya) menemui Rasulillhs saw. Waktu itu saya mengenakan sarung dan baju dari bekas kerudung ibuku. Lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, ini adalah Unais, anakku, saya bawa ia datang kepadamu agar dia menjadi pembantumu. Karena itu, doakanlah dia". Lalu Nabi berdoa, " Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya (Anas)'.

Menjadikan Pembantu Rasulullah
Saat ini sudah tidak mungkin menjadikan anak kita sebagai pembantu Rasulullah saw, tetapi bisa difahami sebagai seorang pembantu, kehadiran Anas dalam kehidupan Rasulullah saw mengantarkannya untuk menjadi orang yang merasakan (melihat, mendengar) sentuhan langsung pendidikan Rasulullah saw. Ini berarti semakin besar keinginan kita untuk menjadikan anak sebagao penerus risalah dakwah Rasulullah saw, semakin banyak pula kondisi yang kita ciptakan agar anak kita tumbuh dalam lingkungan yang kondusif untuk keIslamannya.

Minta Di Doakan
Baynyak contoh yang memberitakan seorang ayah mendoakan kebaikan anaknya, dan ada pula yang minta didoakan Rasulullah saw.

Semua contoh diatas sudah lebih dari cukup untuk menjadi pembelajaran bagi setiap Muslim agar berdoa untuk kebaikan anak-anaknya. Cara ini menarik kita gunakan dalam rangka melahirkan anak yang shalih/shalihah, kerana contonhya sudah ada dan perintah untuk berdoa jelas, " Dan Tuhanmu berfirman, " Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu". Sesungguhnya orang-orang yang menyombonkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" (Al-Mukmin 40:60)

Permasalahan yang sering dihadapi adalah kecenderungan untuk memperoleh sesuatu dengan segera, sehingga apa saja yang diminta juga ingin terwujud segera. Padahal salah satu penyebab doa tidak terijabah adalah ketergesa-gesaan untuk memperoleh apa yang diminta. Dari Abu Hurairah ra-dari Muhammmad saw beliau bersabda: " Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama dia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan silaturrahmi, serta selama dia tidak tergesa-gesa". Seorang sahabat bertanya , "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Beliau menjawab: " Yakni di mengatakan, " Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan". Setelah itu, dia merasa putus asa dan berhenti berdoa". (HR. Al-Bukhari no. 6340) dan Muslim no 2735)

Kita dapat meminta kepada Allah, agar anak kita mendapatkan kebahagiaan di akhirat (Allah swt, mendirikan shalat, dll) diinginkan terwujud pada anak kita, dan selanjutnya upayakanlah agar apa yang didoakan itumendapatkan kebahagiaan di dunia (banyak harta dan anak). Berdoalah terhadap apa yang yang diinginkan terwujud pada anak kita, dan selanjutnya upayakanlah agar apa yang didoakan itu terwujud.

Sumber: Ust. Ahmad Hariyadi, M. Si (Konsultan Pendidikan)
Di ketik ulang oleh: Momme Nadia Aufaa

~Stay Cool and Lovely ~

Rabu, 09 Februari 2011

Mitos dan Fakta Salah Tentang Kesehatan Yang Masih Banyak Dianut Sebagian Dokter

Kemajuan teknologi dan pengetahuan di bidang ilmu kedokteran ternyata menyisakan sesuatu hal yang mendasar yang masih sering dilupakan. Sehingga seringkali timbul berbagai perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat ilmiah di dalam bidang kedokteran adalah hal yang biasa. Namun sebaiknya perbedaan pendapat tersebut ditengahi dan  harus mengacu pada hasil rekomendasi berbagai institusi yang kredibel yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Karena rekomendasi institusi tersebut selalu berdasarkan kajian ilmiah yang berbasis bukti penelitian. Berbagai kecenderungan menunjukkan bahwa terjadi penggunaan antibiotika yang berlebihan pada masyarakat awam dan masyarakat kedokterean di Indonesia. Sebaiknya masyarakat awam dan dokter harus segera mengkaji kebiasaannya dalam pemberian antibiotika yang tidak benar selama ini. Berbagai mitos dan fakta yang ada tentang pemberian antibiotika yang benar pada anak harus segera diketahui dengan cermat.

  • MITOS : Ingus dan Dahak Berwarna Kuning dan Hijau Harus diberi Antibiotika

  • Fakta Yang Benar : Ingus berwarna kuning dan hijau bisa disebabkan karena virus dan tidak perlu antibiotika.
  • Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupakan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri. Upaya ini seharusnya menjadi contoh yang baik terhadap intitusi yang berwenang di Indonesia dalam mengatasi permasalahan pemberian antibiotika ini. Melihat rumitnya permasalahan pemberian antibiotika yang irasional di Indonesia tampaknya sangat sulit dipecahkan. Tetapi kita harus yakin dengan kemauan keras, niat yang tulus dan keterlibatan semua pihak maka permasalahan ini dapat diatasi. Jangan sampai terjadi, kita baru tersadar saat masalah sudah dalam keadaan yang sangat serius.
  • MITOS : Sakit demam, batuk dan pilek tidak diberi antibiotik akan lama sembuh

  • Fakta Yang Benar : Sebagian besar infeksi saluran napas atas disebabkan karena infeksi virus. Infeksi virus akan sembuh sendiri. Bila penyebab infeksi bakteri tertentu bila tidak diberi antibiotik tidak akan pernah sembuh bukan sembuhnya lama.



  • MITOS :  Pemberian antibiotika akan mengobati infeksi sekunder atau infeksi tumpangan pada penyakit virus.

  • Fakta Yang Benar :  Pencegahan infeksi sekunder mungkin hanya diberikan terhadap penyakit dengan kekebalan tubuh yang sangat menurun seperti penderita AIDS atau kanker.

  • Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika.  Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri 


  • MITOS :  Pemberian antibiotika di Indonesia Sangat jarang

  • Fakta Yang Benar :  Penderita yang sering berobat di Indonesia bila berobat di luar negeri (terutama di negara maju) sering khawatir, karena bila sakit jarang diberi antibiotika. Sebaliknya pasien yang sering berobat di luar negeri juga sering khawatir bila berobat di Indonesia, setiap sakit selalu mendapatkan antibiotika. Hal ini bukan sekedar pameo belaka. Tampaknya banyak fakta yang mengatakan bahwa memang di Indonesia, dokter lebih gampang memberikan antibiotika.

    Pemberian antibiotika irasional atau berlebihan pada penderita khususnya anak tampaknya memang semakin meningkat dan semakin mengkawatirkan. Pemberian antibiotika berlebihan atau pemberian irasional artinya penggunaan tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya. Sebenarnya permasalahan ini dahulu juga dihadapi oleh negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey pada tahun 1989, setiap tahun sekitar 84% setiap tahun setiap anak mendapatkan antibiotika. Hasil lainnya didapatkan 47,9% resep pada anak usia 0-4 tahun terdapat antibiotika. Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli sebenarnya sudah cukup mencemaskan. Dalam tahun yang sama, juga ditemukan resistensi kuman yang cukup tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan tersebut. Memang hingga saat ini di  Indonesia belum ada data resmi tentang pemberian antibiotika ini.  Namun berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotika berlebihan di Indonesia baik jauh lebih banyak dan lebih mencemaskan.


  • MITOS : Sinusitis harus diberi antibiotika

  • Fakta Yang benar :  Pemberian antibiotik jangka pada sinus terbukti tidak bermanfaat.
  • Menurut penelitian baru, yang diterbitkan dalam The Lancet, dokter harus mengurangi antibiotik resep untuk obat sinus karena tidak bermanfaat.  Analisisa terhadap  sekelompok kasus penderita sinusitis menunjukkan obat-obatan tidak ada bedanya bahkan jika pasien telah sakit selama lebih dari tujuh hari.  Dalam penelitian tersebut dilakukan pada  2.600 pasien sakit sebelum mereka menerima pengobatan, ditemukan lama sakit bukan merupakan indikator yang baik apakah antibiotik akan efektif.  Karena efek samping, biaya, dan risiko resistensi, antibiotik tidak dibenarkan bahkan jika pasien telah sakit selama lebih dari seminggu, demikian para peneliti tersebut menyimpulkan. Jika seorang pasien datang ke dokter dan mengatakan mereka telah memiliki keluhan selama tujuh hingga 10 hari itu bukan alasan yang cukup baik untuk memberi mereka antibiotik, demikian pendapat ketua tim peneliti Dr Jim Young dari Basel Institute for Clinical Epidemiology di Swiss. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) penderita sinusitis hanya diberikan antibiotika  bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.  Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri.
  • MITOS : Anak-anak lebih sering diberi antibiotika daripada dewasa

  • Fakta Yang benar :  Justru yang lebih sering diberi antibiotika adalah orang dewasa, anak relatif jarang karena orang tua sangat takut pemberian antibiotika pada anak.
  • Karena, seringkali saat diberi antibiotika oleh dokter orangtua tidak memberikannya pada anaknya. Sedangkan pada umumnya dokter atau masyarakat awam tidak terlalu takut pemberian antibiotika apada dewasa. Bahkan setiap kali sakit tenggorokan banyak orang awam yang langsung mebeli antibiotika di toko obat.
  • MITOS : Bila ada demam atau demam tinggi harus diberi antibiotika

  • Fakta Yang benar :  Demam dapat disebabkan karena infeksi virus. Atau, tidak semua infeksi virus ringan.
  • Ada beberapa infeksi virus sapat menyebabkan demam tinggi seperti demam berdarah atau pada kondisi beberapa anak yang pernah mempunyai riwayat sering demam tinggi saat sakit. Karakteristik infeksi virus yang disertai demam biasanya demam hanya tinggi saat hari pertama dfan ke dua. Atau, infeksi virus lainnya hanya demam ringan yang akan terjadi dalam 5 hari. Sebaiknya bila demam semakin tinggi pada hari ke 3 hingga ke lima harus segera ke dokter.
Clinic For Children Yudhasmara Foundation  JL Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Phone :62 (021) 70081995 – 5703646   email : judarwanto@gmail.com  http://childrenclinic.wordpress.com/
Clinical and Editor in Chief :
Dr Widodo Judarwanto SpA, pediatrician


~Stay Cool and Lovely ~

BENARKAH MAKANAN TIDAK BERPENGARUH TERHADAP GEJALA ALERGI PADA BAYI ?


PENGARUH DIET IBU BAGI BAYI DENGAN RIWAYAT  ALERGI


CASE PREVIEW
Seorang ibu cemas karena Sandika, putra pertama berumur 1 bulan sering rewel, muntah, sering ngeden, napas grok-grok, kulitnya bruntusan dan banyak gejala lainnya. Berbagai obat pernah diberikan dokyter tenyata gejala dan tanda gangguan tersebut tyetap hilang timbul. Tetapi saat seorang dokter menganjurkan menghindari makan tertentu, keluhan si bayi membaik. Ternyata konsumsi makanan ibu sangat berpengaruh terhadap bayinya saat menyusui.

DIET IBU MENYUSUI SANGAT BERPENGARUH TERHADAP BAYI
  • Pemberian nutrisi atau gizi yang baik amatlah penting selama kehamilan. Setiap jenis makanan yang dikonsumsi ibu akan berpengaruh sangat penting bagi bayi yang disusuinya. Bila nutrisi ibu kualitas gizi yang ada baik dan cukup maka kualitas ASI yang diberikan pada bayipun akan semakin baik.
  • Namun sebaliknya ternyata bila terdapat jenis makanan tertentu yang dikonsumsi ibu akan dapat melalui ASI yang dapat mengganggu bayi. Tetapi tidak semua bayi akan mengalami hal demikian. Biasanya hal ini terjadi pada bayi yang mengalami riwayat dan gejala alergi yang terjadi sejak lahir.
APAKAH ALERGI PADA BAYI ITU ?
  • Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Gangguan ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak.
  • Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus. Pada bayi biasanya imaturitas atau ketidakmatangan saluran cerna masih sering terjadi, hal inilah yang menjadi penyebab utama tingginya kejadian alergi di usia anak.
  • Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi.
BAGAIMANA GEJALA KLINIS ALERGI PADA BAYI ?
  • Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma. Bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai gatal dan bercak merah di kulit. Bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem Susunan Saraf Pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya termasuk gangguan perilaku pada anak. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.
Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dan diperberat karena reaksi alergi pada bayi.
  • GANGGUAN SALURAN CERNA : Gastrooesephageal Refluks, sering muntah, gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering rewel, gelisah dan kolik terutama malam hari. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari. Kotoran berwarna hijau, gelap dan berbau tajam. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat. Lidah sering timbul putih (seperti jamur) dan air liur berlebihan (drooling atau ngiler). Bibir tampak kering mengelupas.
  • GANGGUAN KULIT : sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
  • GANGGUAN SALURAN NAPAS ; Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
  • Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu. Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
  • Sering berkeringat (berlebihan). Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
  • Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).>
  • Mempengaruhi gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
  • PROBLEM MINUM ASI : sering menangis (karena perut tidak nyaman) seperti minta minum sehingga berat badan lebih karena minum berlebihan. Sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Sering menggigit puting (agresif) sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi, karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.Beberapa gangguan perilaku yang sering dikaitkan dan diperberat oleh reaksi alergi pada bayi.
  • GANGGUAN NEUROLOGIS RINGAN : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus fisiologis). Kejang tanpa disertai
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
    Usia kurang dari 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan.
    Usia kurang dari 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri. Sering bergerak, sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering jatuh dari tempat tidur.
  • GANGGUAN TIDUR (biasanya malam hari) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tiba-tiba duduk dan tidur lagi,
  • AGRESIF DAN EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut.
  • GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap mainan dan bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa memperhatikan. Tidak kerasan dalam ruangan yang sempit seperti box bayi dan ruangan sempit. Sering minta keluar ke tempat yang luas atau luar
  • GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI :
    Pada pola perkembangan motorik normal adalah bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan. Gangguan mengunyah atau menelan, tidak mau makan berserat seperti sayur dan daging atau terlambat kemampuan makan nasi tim (normal usia 9 bulan).
  • KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata umur <>
  • IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
  • Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). TETAPI ALERGI BUKAN PENYEBAB AUTISM ATAU ADHD tetapi HANYA MEMPERBERAT
APAKAH YANG PALING MENGGANGGU AKIBAT YANG DITIMBULKAN PADA BAYI
?
Gangguan saluran cerna dan kulit akan paling sering terjadi. Saluran cerna paling mudah terjadi atau sangat mengganggu saat usia di bawah 3 bulan, dengan pertambahan usia akan semakin berkurang terutama setelah usia 2-7 tahun.
DIET JENIS APAKAH YANG DAPAT MENGGANGGU BAYI
  • Hingga saat ini untuk mencari penyebab alergi adalah merupakan kesulitan terbesar dalam penanganan penyakit alergi. Hal ini terjadi karena tes alergi yang direkomendasikan seperti tes kulit dan tes dan RAST spesifik, meskipun sangat sensitif tetapi spesifitasnya tidak terlalu tinggi. Sehingga masih belum memastikan penyebab alergi makanan. Memastikan penyebab alergi makanan atau gold standard (baku emas) adalah dengan DBPCFC (eliminasi provokasi makanan). Hal ini akan lebih terasa sulit pada penderita alergi yang berkaitan dengan pemberian ASI
  • Jenis makanan yang berpengaruh terhadap ASI
    1. Beresiko tinggi mengganggu bayi melalui pemberian ASI adalah ikan laut, kacang tanah, keju dan beberapa jenis buah termasuk durian, mangga, melon dan tomat. Sebaiknya makanan ini ditunda setelah usia 3-6 bulan.
    2. Sedangkan makanan yang beresiko sedang atau rendah adalah salmon, bandeng, telor, susu, ayam, jeruk, pisang dan sebagainya. Pada beberapa bayi mungkin mengganggu, tetapi pada umumnya tidak mengganggu. Sehingga pada banyak kasus makanan ini relatif aman, tetapi pada kasus tertentu yang berat terutama kolik, makanan ini harus dicermati.
    3. Jenis makanan yang relatif paling aman adalah : daging sapi, semua ikan air tawar (lele, gurami, patin dsbnya), sayur-sayuran, kacang kedelai, buah apel, alpukat, pir, pepaya.
APAKAH KUALITAS ASI AKAN TERGANGGU BILA IBU DIET MAKAN PENYEBAB ALERGI ?
  • Anggapan yang banyak terjadi adalah kulitas asi akan menurun bila ibu harus diet makanan. Sebenarnya pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Hal itu dapat terjadi bila ibu hanya menghindari makanan penyebab alergi tanpa mencari makanan penggantinya. Tetapi bila ibu mencari makanan pengganti, maka pendapaty tersebut sepenuhnya tidak benar. Contohnya : ibu tidak boleh makan ikan lauttetapi mungkin ikan salmon boleh, kacang tanah jangan tetapi kacang kedelai boleh dan seterusnya.
  • Seingkali ibu heran makanannya sudah aman ternyata tetap masih saja timbul gejala alergi tersebut. Hal ini terjadi karena ibu harus menghindari udang tetapi tetap makan krupuk udang atau terasi, sudah menghindari ikan laut tetapi makan ikan teri dan lain sebagainya.
ALERGI SULIT DIBEDAKAN DENGAN INFEKSI
  • PENYEBAB GEJALA ALERGI TERNYATA BUKAN HANYA MAKANAN, TETAPI KEJADIAN INFEKSI DAPAT MEMICU TIMBULNYA GEJALA ALERGI. Sehingga kadang ibu heran makanan sudah relatif aman tetapi ternyata masih saja gejala alergi tersebut timbul. Hal ini terjadi karena seringkali inbfeksi virus ringan seperti flu, dan sebaginya bila tidak cermat sulit terdeteksi. Karena, saat flu bayi tidak seperti anak besar pileknya tidak keluar banyak dan batuknya jarang karena refleks batuknya belum sempurna.
  • Untuk memastikan adanya infeksi biasanya disertai tampilan adanya bintik merah halus di kulit dada bayi atau bila dalam beberapa hari sebelumnya ada kontak orang dewasa yang sakit dengan gejala sakit tenggorok, pilek, demam, meriang, atau badan lemas dan nyeri seperti masuk angin dan kecapekan.
DAFTAR PUSTAKA
Clifford TJ, Campbell MK, Speechley KN, Gorodzinsky F. Infant colic: empirical evidence of the absence of an association with source of early infant nutrition. Arch Pediatr Adolesc Med. 2002;156 :1123 –1128
Clifford TJ, Campbell MK, Speechley KN, Gorodzinsky F. Sequelae of infant colic: evidence of transient infant distress and absence of lasting effects on maternal mental health. Arch Pediatr Adolesc Med. 2002;156 :1183 –1188
Hill DJ, Hosking CS. Infantile colic and food hypersensitivity. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2000;30(suppl) :S67 –S76
Räihä H, Lehtonen L, Huhtala V, Saleva K, Korvenranta H. Excessively crying infant in the family: mother-infant, father-infant and mother-father interaction. Child Care Health Dev. 2002;28 :419 –429
Barr RG. Colic and crying syndromes in infants. Pediatrics. 1998;102 :1282 –1286
Miller-Loncar C, Bigsby R, High P, Wallach M, Lester B. Infant colic and feeding difficulties. Arch Dis Child. 2004;89 :908 –912
Barr RG. Changing our understanding of infant colic. Arch Pediatr Adolesc Med. 2002;156 :1172 –1174
Miller AR, Barr RG. Infantile colic: is it a gut issue? Pediatr Clin North Am. 1991;38 :1407 –1423
Jakobsson I, Lothe L, Ley D, Borschel MW. Effectiveness of casein hydrolysate feedings in infants with colic. Acta Paediatr. 2000;89 :18 –21
Lucassen PL, Assendelft WJ, Gubbels JW, van Eijk JT, Douwes AC. Infantile colic: crying time reduction with a whey hydrolysate: a double-blind, randomized, placebo-controlled trial. Pediatrics. 2000;106 :1349 –1354
Jakobsson I, Lindberg T. Cow’s milk proteins cause infantile colic in breast-fed infants: a double-blind crossover study. Pediatrics. 1983;71 :268 –271
[Abstract/Free Full Text]
Evans RW, Fergusson DM, Allardyce RA, Taylor B. Maternal diet and infantile colic in breast-fed infants. Lancet. 1981;1 :1340 –1342
Hill DJ, Hudson IL, Sheffield LJ, Shelton MJ, Menahem S, Hosking CS. A low allergen diet is a significant intervention in infantile colic: results of a community-based study. J Allergy Clin Immunol. 1995;96 :886 –892
Barr RG, Kramer MS, Boisjoly C, Vey-White L, Pless IB. Parental diary of infant cry and fuss behaviour. Arch Dis Child. 1988;63 :380 –387
Wessel MA, Cobb SC, Jackson EB, et al. Paroxysmal fussing in infancy: sometimes called “colic. ” Pediatrics. 1954;14 :421 –434
Fleiss JL. Statistical Methods for Rates and Proportions. 2nd ed. New York, NY: John Wiley & Sons; 1981
Machtinger S, Moss R. Cow’s milk allergy in breast-fed infants: the role of allergen and maternal secretory IgA antibody. J Allergy Clin Immunol. 1986;77 :341 –347
Jakobsson I, Lindberg T, Benediktsson B, Hansson BG. Dietary bovine ß-lactoglobulin is transferred to human milk. Acta Paediatr Scand. 1985;74 :342 –345
Sorva R, Mäkinen-Kiljunen S, Juntunen-Backman K. ß-Lactoglobulin secretion in human milk varies widely after cow’s milk ingestion in mothers of infants with cow’s milk allergy. J Allergy Clin Immunol. 1994;93 :787 –792
Kilshaw PJ, Cant AJ. The passage of maternal dietary proteins into human breast milk. Int Arch Allergy Appl Immunol. 1984;75 :8 –15
Vadas P, Wai Y, Burks W, Perelman B. Detection of peanut allergens in breast milk of lactating women. JAMA. 2001;285 :1746 –1748
Chirdo FG, Rumbo M, Anon MC, Fossati CA. Presence of high levels of non-degraded gliadin in breast milk from healthy mothers. Scand J Gastroenterol. 1998;33 :1186 –1192
Järvinen KM, Mäkinen-Kiljunen S, Suomalainen H. Cow’s milk challenge through human milk evokes immune responses in infants with cow’s milk allergy. J Pediatr. 1999;135 :506 –512
Harris MJ, Petts V, Penny R. Cow’s milk allergy as a cause of infantile colic: immunofluorescent studies on jejunal mucosa. Aust Paediatr J. 1977;13 :276 –281
Lothe L, Lindberg T, Jakobsson I. Macromolecular absorption in infants with infantile colic. Acta Paediatr Scand. 1990;79 :417 –421
Kalliomäki M, Laippala P, Korvenranta H, Kero P, Isolauri E. Extent of fussing and colic type crying preceding atopic disease. Arch Dis Child. 2001;84 :349 –350
Iacono G, Carroccio A, Montalto G, et al. Severe infantile colic and food intolerance: a long-term prospective study. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1991;12 :332 –335
Lothe L, Ivarsson SA, Ekman R, Lindberg T. Motilin and infantile colic: a prospective study. Acta Paediatr Scand. 1990;79 :410 –416
Liu J, Qiao X, Zian W, Hou X, Hayes J, Chen JD. Motilin in human milk and its elevated plasma concentration in lactating women. J Gastroenterol Hepatol. 2004;19 :1187 –1191
[CrossRef][ISI][Medline]
Shenassa ED, Brown MJ. Maternal smoking and infantile gastrointestinal dysregulation: the case of colic. Pediatrics. 2004;114 (4). Available at:
www.pediatrics.org/cgi/content/full/114/4/e497
Savino F, Brondello C, Cresi F, Oggero R, Silvestro L. Cimetropium bromide in the treatment of crisis in infantile colic. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2002;34 :417 –419
Lucassen PL, Assendelft WJ, Gubbels JW, van Eijk JT, van Geldrop WJ, Neven AK. Effectiveness of treatments for infantile colic: systematic review. BMJ. 1998;316 :1563 –1569
Mofidi S. Nutritional management of pediatric food hypersensitivity. Pediatrics. 2003;111 :1645 –1653.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/
~Stay Cool and Lovely ~

KEBUTUHAN GIZI SAAT MENYUSUI

Penuhi Kebutuhan Gizi Saat Menyusui
Seorang ibu menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh si bayi datang dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya, seorang ibu menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga agar konsumsi gizinya seimbang, dan asalkan si ibu selalu menuruti rasa laparnya. Proses menyusui itu sendiri membantu ibu mengurangi berat badan dan menjadi langsing kembali. Tetapi, berdiet atau menahan lapar akan mengurangi produksi susu si ibu[1]

Pada kenyataanya, tidak ada makanan atau minuman khusus yang dapat memproduksi ASI secara ajaib, meskipun banyak masyarakat percaya bahwa makanan / minuman tertentu akan menambah ASI. Namun, telah terbukti secara ilmiah bahwa ekstrak ragi (brewer’s yeast) yang mengandung vitamin B kompleks alami membantu meningkatkan kesehatan ibu menyusui, dan karenanya membantu produksi ASI. Sedikit unsur kimia mangan alami yang didapat dalam beras-berasan, gandum-ganduman, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran juga membantu proses menyusui.
Ibu menyusui biasanya cepat merasa haus. Karenanya ibu menyusui harus minum sebanyak mungkin: air, susu sapi, susu kedelai, jus buah segar, atau sup. Hindarilah minuman ringan, teh, atau kopi, seperti halnya ketika hamil. Namun demikian, tidak ada bukti ilmiah bahwa seorang ibu yang meminum susu akan membantu produksi ASI. Malahan, apabila ibu menyusui terlalu banyak mengkonsumsi produk susu dapat menyebabkan bayi terkena kolik

Saat menyusui, minuman keras sebisa mungkin dihindari. Selain itu, merokok selama menyusui dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi susu. Penggunaan pil KB selama menyusui juga harus dihindari, sebab dampak jangka panjang hormon dalam pil masih belum diketahui. Pil KB juga diketahui mengurangi produksi susu. Namun, pil POP(progesterone only pill / low-dose pill) tidak mempengaruhi produksi susu, dan pada kasus khusus pil ini boleh digunakan (misalnya pada kasus ibu diabetes yang tidak boleh hamil). Namun, kebanyakan wanita sebaiknya menggunakan metode KB alami, kondom, atau IUD daripada menggunakan KB hormonal (pil, suntik, susuk).
Tabel Gizi
MAKANAN
SAAT TIDAK HAMIL DAN 4 BLN PERTAMA KEHAMILAN
5 BULAN TERAKHIR KEHAMILAN
MENYUSUI
Susu (sapi atau kedelai)
600ml
1200ml
1200ml
Protein hewani: daging matang, ikan, atau unggas) atau Protein Nabati:(biji-bijian, kacang-kacangan, produk susu, produk kedelai)
1 porsi
1-2 porsi
3 porsi atau lebih
Telur
1 butir
1 butir
1 butir
Buah dan Sayuran yang kaya Vit A (sayuran hijau atau kuning) brokoli, kailan, kangkung, caisim, labu, wortel, tomat
1 porsi
1 porsi
1 porsi
Buah dan Sayuran yang kaya Vit C: jeruk-jerukan, tauge, tomat, melon, pepaya, mangga, jambu
1-2porsi
2porsi
3porsi
Biji-bijian (beras merah, roti wholemeal, havermut, mie
3-4porsi
3-4porsi
3-4porsi
Mentega, margarine, minyak sayur
gunakan secukupnya



~Stay Cool and Lovely ~

MENGAPA DENGAN ASI EKSLUSIF ANAKKU MASIH SERING SAKIT


 EKSLUSIF AKAN JARANG SAKIT



MENGAPA DENGAN ASI EKSLUSIF ANAKKU MASIH
SERING SAKIT
.
LATAR BELAKANG
  • Secara teoritis pemberian ASI ekslusif dengan segala kehebatannya seharusnya bayi yang mendapatkannya tidak mengalami infeksi virus usia di bawah 6 bulan. Tetapi ternyata masih saja kelompok bayi dengan ASI ekslusif yang mengalami infeksi berulang. Beberapa bayi dengan ASI ekslusif tersebut ternayata setiap bulan mengalami infeksi virus seperti demam, batuk dan pilek atau diare. Hal ini terjadi bukan karena ASI tidak mempunyai manfaat dalam pertahanan tubuh. Tetapi menunjukkan bahwa proses terjadinya infeksi bukan hanya dipengaruhi oleh ASI tetapi juga dipengaruhi oleh mekanisme pertahan tubuh bayi dan faktor lingkungan.
  • Widodo Judarwanto, 2007 telah mengadakan penelitian terhadap 32 anak dengan ASI ekslusif yang mengalami infeksi berulang saat usia di bawah 6 bulan di Children Allergy Center, Rumah Sakit Bunda Jakarta. Ternyata sebagian besar penderita mengalami gejala alergi dengan gangguan saluran cerna diantaranya, sering muntah, buang air besar yang sering > 4 kali perhari dan konstipasi atau sulit buang air besar.
  • Mengapa bayi dengan gangguan saluran cerna mempunyai mekanisme pertahan tubuh yang buruk? Karena, ternyata sebagaian besar mekanisme pertahanan tubuh khususnya pembentukan IgA terjadi dipencernaan. Bila saluran cerna terganggu maka pertahan tubuh lemah dan anak akan menjadi sering sakit.
  • Fakta lain yang didapatkan bayi dengan ASI eksklusif yang sering sakit tersebut ternyata didapatkan kecenderungan di dalam lingkungan rumah juga ada yang sering mengalami infeksi berulang seperti ayah, ibu atau kakaknya.
  • Infeksi berulang pada bayi adalah infeksi yang sering dialami oleh seorang anak khususnya infeksi saluran napas akut. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang terhadap terhadap terkenanya infeksi. Biasanya infeksi berulang ini dialami berbeda dalam kekerapan kekambuhan, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan.
  • Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi dan pada penderita defisiensi imun, meskipun kasus yang terakhir tersebut relatif jarang terjadi.
  • Penderita infeksi berulang pada bayi sering mengalami komplikasi tonsillitis kronis, otitis media, gagal tumbuh, overtreatment antibiotika, overtreatment tonsilektomi, overdiagnosis tuberkulosis. Problem sosial yang dihadapi adalah terjadi peningkatan biaya berobat yang sangat besar. Gangguan ini lebih sering terjadi pada usia anak, sehingga sangat mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak.
PENGERTIAN INFEKSI BERULANG
  • Tampaknya hingga saat ini belum ada definisi baku yang tepat dalam menjelaskan kriteria infeksi berulang pada anak. Dikatakan infeksi berulang pada anak bila infeksi sering dialami oleh seorang anak. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang terhadap terhadap terkenanya infeksi. Pada infeksi berulang ini terjadi yang berbeda dengan anak yang normal dalam hal kekerapan penyakit, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan.
  • Kekerapan penyakit adalah frekuensi terjadinya penyakit dalam periode tertentu. Pada infeksi berulang terjadi bila terjadi infeksi lebih dari 8 kali dalam setahun atau bila terjadi infeksi 1-2 kali tiap bulan selama 6 bulan berturut-turut. Penelitian yang telah dilakukan Cleveland Clinic Amerika Serikat bahwa pada anak normal usia
  • Pada infeksi berulang biasanya didapatkan kerentanan dalam timbulnya gejala klinis suatu penyakit, khususnya demam. Bila terjadi demam sering sangat tinggi atau lebih 39oC. Dengan penyakit yang sama anak lain mungkin hanya mengalami demam sekitar 38- 38,5oC. Biasanya penderita lebih beresiko mengalami pnemoni, mastoiditis, sepsis, osteomielitis, ensefalitis dan meningitis.
FAKTOR PENYEBAB
  • Terdapat empat penyebab utama dari infeksi berulang pada anak, diantaranya adalah paparan dengan lingkungan, struktur dan anatomi organ tubuh, masalah sistem kekebalan tubuh (mekanisme system imun yang berlebihan (alergi) atau kekurangan serta penyakit infeksi yang tidak pernah diobati dengan tuntas.
  • Faktor genetik diduga ikut berperanan dalam gangguan ini. Pada genetik tertentu didapatkan perbedaan pada kerentanan terhadap infeksi. Anak laki-laki lebih sering mengalami gangguan ini. Faktor lingkungan seperti kontak dengan sumber infeksi sangat berpengaruh. Kelompok anak yang mengikuti sekolah prasekolah lebih sering mengalami infeksi 1,5-3 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah. Perokok pasif kemungkinan dua kali lipat untuk terkena infeksi. Jumlah anggota keluarga dirumah meningkatkan terjadinya infeksi. Keluarga dengan jumlah 3 orang hanya didapatkan 4 kali infeksi pertahun sedangkan jumlah keluarga lebih dari 8 didapatkan lebih 8 kali infeksi pertahun.
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH
  • Sistem kekebalan tubuh sendiri diartikan sebagai semua mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk menangkal pengaruh faktor atau zat yang berasal dari lingkungan, yang asing bagi tubuh kita.
  • Secara garis besar, sistem kekebalan tubuh kita dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem kekebalan alami (innate immunity) dan sistem kekebalan dapatan (acquired immunity) yang keduanya saling bekerja sama menangkal zat asing dari luar tubuh yang tentu apabila dibiarkan akan berbahaya bagi tubuh.
  • Salah satu sistem kekebalan tubuh manusia adalah kekebalan tubuh tidak spesifik. Disebut tidak spesifik karena sistem kekebalan tubuh ini ditujukan untuk menangkal masuknya segala macam zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan kerusakan tubuh/penyakit, seperti berbagai macam bakteri, virus, parasit atau zat-zat berbahaya bagi tubuh. Sistem kekebalan atau pertahanan tubuh yang tidak spesifik berupa pertahanan fisik, kimiawi, mekanik dan fagositosis.
  • Pertahanan fisik berupa kulit dan selaput lender sedangkan kimiawi berupa ensim dan keasaman lambung. Pertahan mekanik adalah gerakan usus, rambut getar dan selaput lendir. Pertahanan fagositosis adalah penelanan kuman/zat asing oleh sel darah putih dan zat komplemen yang berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing.
  • Kerusakan pada sistem pertahanan ini akan memudahkan masuknya kuman atau zat asing ke dalam tubuh. Misalnya, kulit luka, gangguan keasaman lambung, gangguan gerakan usus atau proses penelanan kuman atau zat asing oleh leukosit.
  • Salah satu contoh kekebalan alami adalah mekanisme pemusnahan bakteri atau mikroorganisme lain yang mungkin terbawa masuk saat kita makan. Senyawa kimia yang berperan adalah HCl. Senyawa kimia ini terdapat dalam lambung kita, yang dihasilkan oleh sel di dinding lambung sebagai respon terhadap adanya makanan yang masuk ke dalam lambung. Selain berfungsi dalam menghancurkan makanan yang masuk ke dalam lambung, HCl juga berfungsi sebagai penghalang terhadap mikroorganisme yang masuk ke dalam lambung karena sifatnya yang asam. Banyak bakteri atau mikroorganisme yang tidak tahan hidup pada pH lambung yang besarnya sekitar 4. HCl yang ada pada lambung akan mengganggu kerja enzim-enzim penting dalam mikroorganisme. Enzim, yang terdapat dalam cairan-cairan di tubuh yang memiliki peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap zat asing. Enzim adalah suatu protein yang bertindak sebagai katalis biologi. Salah satu enzim yang sangat terkenal dalam sistem kekebalan tubuh kita adalah lisozim. Lisozim merupakan enzim yang sanggup mencerna dinding sel bakteri sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Hilangnya dinding sel ini menyebabkan sel bekteri akan mati. Lisozim banyak terdapat dalam cairan tubuh seperti air mata dan ingus. Enzim lain yang juga ikut berperan dalam pertahanan tubuh adalah enzim proteolisis yang banyak terdapat dalam usus halus. Enzim ini akan membunuh mikroorganisme yang berhasil mencapai usus dengan mendegradasi (menghancurkan) protein mikroorganisme tersebut.
  • Selain itu juga terdapat senyawa kimia yang dinamakan interferon yang dihasilkan oleh sel sebagai respon adanya serangan virus yang masuk tubuh. Interferon bekerja menghancurkan virus dengan menghambat perbanyakan virus dalam sel tubuh.
ASI DAN MEKANISME PERTAHANAN TUBUH
  • Dipandang dari sudut pertahanan tubuh, ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya. Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama laktasi.
  • Kolostrum dan ASI dini mengandung 1-3 x 106 leukosit/ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan laktasi, jumlah sel ini menurun menjadi 1×103 /ml. Sel monosit/makrofag sebanyak 59-63%, sel neutrofil 18-23% dan sel limfosit 7-13% dari seluruh sel dalam ASI.
  • Selain sel terdapat juga faktor protektif larut seperti lisozim (muramidase), laktoferin, sitokin, protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, glyco compound, musin, enzim-enzim, dan antioksidan. Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri pada infeksi mukosa usus.
  • Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi dengan menggunakan enzim yang diproduksinya. Pada vakuola neutrofil ASI ditemukan juga sIgA sehingga sel ini merupakan alat transport IgA ke bayi.
  • Sel neutrofil ASI merupakan sel yang teraktivasi. Peran neutrofil ASI pada pertahanan bayi tidak banyak, respons kemotaktiknya rendah. Antioksidan dalam ASI menghambat aktivitas enzimatik dan metabolik oksidatif neutrofil. Diperkirakan perannya adalah pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi.
  • Pada ASI tidak ditemukan sel basofil, sel mast, eosinofil dan trombosit, karena itu kadar mediator inflamasi ASI adalah rendah. Hal ini menghindarkan bayi dari kerusakan jaringan berdasarkan reaksi imunologik.
  • Lisozim yang diproduksi makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara dapat melisiskan dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibanding dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume.
  • Komplemen C3 dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Di samping itu C3 aktif juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat dengan C3 aktif. IL-l yang diproduksi makrofag akan mengaktifkan sel limfosit T.
  • Demikian pula TNF-α yang diproduksi sel makrofag akan meningkatkan produksi komponen sekretori oleh sel epitel usus dan TNF-β akan merangsang alih isotip ke IgA, sedangkan IL-6 akan meningkatkan produksi IgA. Semuanya ini akan meningkatkan produksi sIgA di usus. Laktoferin yang diproduksi makrofag, neutrofil dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik, dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena merupakan glikoprotein yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri aerobik seperti stafilokokus dan E. coli. Laktoferin dapat mengikat dua molekul besi ferri yang bersaing dengan enterokelin kuman yang juga mengikat besi. Kuman yang kekurangan besi ini pembelahannya akan terhambat sehingga berhenti memperbanyak diri.
SERING DIALAMI PENDERITA ALERGI
  • Namun demikian dengan begitu banyaknya zat kekebalan di dalam ASI akan tidak akan optimal bila faktor tubuh bayi sendiri mempunyai masalah. Infeksi berulang sering dialami penderita gangguan mekanisme sistem kekebalan tubuh berupa ”overactive” system kekebalan (alergi) dan “underactive” sistem kekebalan (defisiensi imun). Adanya gangguan tersebut mengakibatkan adanya gangguan sistem imun yang berfungsi menghancurkan jamur, virus dan bakteri.
  • Gangguan defisiensi sistem kekebalan juga sering mengalami infeksi berulang, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi. Diantaranya adalah adanya gangguan beberapa tipe defisiensi sistem imun berupa defisiensi myeloperoxidase, Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID), Cystic fibrosis, defisiensi Ig A selektif, defisiensi komplemen C4b dan kelainan autoimun lainnya.
  • Penderita alergi terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terahkir ini. Alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali. Berdasarkan mekanisme pertahanan tubuh yang dijelaskan sebelumnya tampaknya gangguan saluran cerna dan asma sering mengganggu mekanisme pertahanan tubuh. Alergi makanan tampaknya ikut berperanan penting dalam dalam gangguan ini.
KARAKTERISTIK BAYI YANG SERING SAKIT DENGAN ASI EKSLUSIF YANG MEMPUNYAI RIWAYAT HIPERSENSITIF PADA SALURANCERNA :
  • GANGGUAN SALURAN CERNA : Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering REWEL / GELISAH/COLIK terutama malam hari), Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK DARAH. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
GEJALA LAIN YANG MENYERTAI
  • Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
  • Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru).
  • Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
  • Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). BILA BERAT SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS) Bayi usia cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan <>
  • Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak.
  • Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi. · Sering berkeringat (berlebihan)
  • Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).>
  • Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
  • Mempengaruhi gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
PENANGANAN
  • Untuk mencegah terjadinya infeksi berulang pada bayi dengan ASI ekslusif harus mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko. Yang harus diperhatikan apakah anak tersebut mengalami gejala alergi atau gangguan fungsi saluran cerna. Bila pada bayi mengalami gejala alergi mungkin penyebab utamanya adalah faktor alergi.
  • Penanganan alergi yang terpenting adalah penghindaran penyebab alergi khususnya penghindaran makanan tertentu harus dilakukan. Pemberian ASI ekslusif harus memperhatikan pola makan ibu saat pemberian ASI.
  • Faktor resiko infeksi berulang adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang harus diwaspadai adalah kontak terhadap paparan infeksi seperti anggota keluarga yang banyak, anggota keluarga yang juga mengalami infeksi berulang, perokok pasif, kolam renang, bepergian ke tempat umum yang padat pengunjung, sekolah terlalu dini dan penitipan anak saat ibu bekerja.
  • Pemberian imunisasi terutama influenza, pneumococcal dan imunomudulator tertentu mungkin membantu mengurangi resiko ini. Tetapi pemberian vitamin dengan kandungan bahan dan rasa seperti ikan laut, aroma jeruk atau coklat mungkin akan memperparah masalah yang sudah ada.
  • Pemberian imunisasi dan ”vitamin daya tahan tubuh” seringkali tidak banyak bermanfaat bila faktor penyebab utama alergi tidak diperbaiki.
  • Pemberian antibiotika pada infeksi berulang tampaknya tidak harus diberikan karena penyebab yang paling sering adalah karena infeksi virus. Sedangkan pemberian antibiotika mungkin diperlukan pada penderita infeksi berulang dengan gangguan defisiensi imun primer.
DAFTAR PUSTAKA
· Wald ER, Guerra N, Byers C. Frequency and severity of infections in day care: three-year follow-up. J Pediatr 1991;118(4 (Pt 1)):509-14
· American Academy of Pediatrics Committee on Infectious Diseases. Recommendations for Influenza Immunization of Children. Pediatrics 2004;113(5):1441-7
· Fahey T, Stocks N, Thomas T. Systematic review of the treatment of upper respiratory tract infection. Archives of Diseases in Childhood 1998;79:225–230
· Judarwanto W. Recurrent Infection in Infant under 6 months old with breastfeeding.
· Yang KD, Hill HR. Neutrophil function disorders: pathophysiology, prevention, and therapy. J Pediatr 1991;119:343-54.
· Wheeler JG, Steiner D. Evaluation of humoral responsiveness in children. Pediatr Infect Dis J 1992;11:304-10.
· Martinez FD, Wright AL, Taussig LM, Holberg CJ, Halonen M, Morgan WJ. Asthma and wheezing in the first six years of life. The Group Health Medical Associates. N Engl J Med 1995;332:133-8.
· Conley ME, Stiehm ER. Immunodeficiency disorders: general considerations. In: Stiehm ER, ed. Immunologic disorders in infants and children. 4th ed. Philadelphia: Saunders, 1996:201-52.
· Moss RB, Carmack MA, Esrig S. Deficiency of IgG4 in children: association of isolated IgG4 deficiency with recurrent respiratory tract infection. J Pediatr 1992;120:16-21.
~Stay Cool and Lovely ~