Rabu, 16 Maret 2011

*** Enam Tonggak Perkembangan Interaksi Emosional ***

Diulas oleh Ibu Embun (Risris Rissyanah Kartaatmadja), salah satu admin dan sahabat di Page Smart Parenting with Love..

Pada masa masa awal kehidupan seorang anak, ia belajar mengenal dirinya sendiri melalui tanggapannya terhadap dunia nyata: suara ibunda, wajah senyum ibu, gelembung, gerakan, apa saja yang disentuh, dilihat, didengar tekstur serta rangsangan lain dari lingkunan terhadap dirinya.

Pada masa ini anak akan segera merespon secara khusus pada rangsangan yang diberikan oleh orang tuanya, baik suara, senyuman maupun bau mereka.



Pada usia usia 3 bulan pertama anak merespon interaksi orang tua dalam bentuk senyuman dan suara. Pada empat bulan berikutnya anak mulai mengambil mainan yang berbunyi bahkanm emberikannya kembali, tau mungkin melemparkannnya karena jengkel. Ia tersenyum dengan harapan akan memperoleh senyuman kembali, kernyitan wajah dan berbabagi ekspresi emosi sebagai balasan dari ekspresi emosinya.

Pada tahun berikutnya anak tak sekedar menunjukkan bahwa ia ingin mainan namun ia dapat menuntun orang dewasa untuk mengambilkan mainan tersebut dalam boks mainannnya. Pada usia ini anak belajar tentang kerumitan isyarat emosional dan merangkaikan beberapa tindakannya untuk mengkomunikasikan keinginan kepada orang lain.

Pada buan bulan berikutnya anak muai menggunakan komnikasi verbal dalam mengunkapkan keinginannya secara bertahap mulai dai kalimat sederhana yang hanya memiliki subyek predikat..misanya "ade makan " atau preikat objek seperti "makan roti " hingga ia mampu merangkai kalimat lengkap SPOK pada kisaran usia 36 bulan.



Dalam periode ini dapat dilihat dengan jelas bahwa perkembangan sisi psikomotor (motorik kasar/halus ), emosional, bahasa, kemandirian pribadi dan sosial berdiri diatas pondasi perkembangan interaksi sosial dengan lingkungan. Anak dengan stimulasi interaksi emosional yang tepat dapat diarahkan dengan baik untuk mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan panduan umum tumbuh kembang anak.



Berikut adalah enam tonggak penting tahapan perkembangan interaksi emosional anak



1. Regulasi diri dan minat terhadap dunia sekitar



Seorang bayi lahir setelah selama 9 bulan berada dalam kegelapan. Tiba tiba ia terjun keduania yang penuh cahaya, suara, gerakan, sentuhan, bau dan rasa. Bagi seorang bayi hal ini adalah pertunjukan sensori ( penginderaan ) yang luar biasa. Semua informasi ini begitu menarik dan menggairahkan bagi bayi anda sekaligus pada saat yang sama ana anda belajar untuk tidak kewalahan mengolah begitu banyak informasi yang masuk pada saat yang bersamaan ke otak. Tantangan awalnya adalah bagaimana anak dapat menangkap fenomena pengindaraan ini dan mengatur tanggapannya dengan baik.



Secara bertahap anak akan belajar untuk fokus terhadap rangsangan yang datang sesuai inatnya pada saat itu. Misalnya wajah ibu yang sedang tersenyum lebih menarik baginya daripada suara musik, atau suara ayah yang mengajaknya bercanda lebih membuatnya terpaku dan tertawa geli daripada mainan di sis i tempat tidurnya.



Pada tahap ini bayi harus dirangsang untuk mendapatkan stimulan yang tepat. Berikan rangsangan yang memancing keinginantahunya terhadap lingkungan yang beraneka rupa.



2. Keakraban



Seiring dengan ketertarikannya pada dunia luar, timbul sebuah rasa istimewa pada bayi yang membuatnya merasa nyaman pada interaksinya dengan oranglain. Secara intuitif bayi akan menginginkan pengasuh utamanya adalah orang tuanya . Ia telah masuk dalam tahapan penting dalam perkembangan emosi yaitu mengembangkan perasaan istimewa yang disebut cinta dan kasih sayang.

Pada fase ini bayi sudah mampu menunjukan siapa saja orang yang dekat padanya secara emosional.



Kedekatan emosional ini seharusnya terbangun pertama kali bersama orang tua sehingga anak mempelajari bahwa orang yang pertama ia sayangi (kemudian bila dewasa kelak akan ia hormati ) adalah orangtuanya. Hal ini akan terbangun bila tercipta atmosfir keakraban antara anak dan orangtuanya. Keakraban mengajarkan bayi bahwa kehangatan dan cinta adalah sesuatu yang mungkin dan dangat menyenangkan sehingga kelak dalam pribadi anak akan terpatri rasa cinta dan hangat pada lingkungan sekitar. Bila bayi tidak mendapatkan rasa nyaman dan keakraban ini dari orang tuanya maka secara naluriah ia akan mencarinya pada orang yang selama ini paling seing berada di sekitar anak.



Menguasai tonggak pening ini juga akan memperkokoh keterampilan motorik, kognitif dan bahasa. Bayi akan belajar menggunakan tubuhnya untuk menemukan wajah dan sentuhan orangtuanya baik dengan kontak mata maupun kontak fisik. Ia belajar mengenali suara dan sumber suara, khususnya orang tuanya. Semua keterampilan ini akan memberikan landasan bergerak, berpikir dan berbicara kelak





3. Konunikasi Dua Arah



Ketika bayi jatuh cinta pada orang tuanya, terjadilah sebuah peristiwa menarik. Bayi menyadari bahwa ia bisa memberi dampak pada mereka. Bayi belajar bila ia tersenyum maka orangtua atau pengasuhnya akan membalas tersenyum pula. Ini adalah awal komunikasi: bayi dan orang dewasa yang mengasuhnya sedang ber"dialog"



Dialog adalah sebuah siklus tertutup komunikasi antara pengirim aksi dan penerima bereaksi . Siklus ini tidak hanya berlaku pada komunikasi eksternal dengan orang lain di luar dirinya namun pada fase ini anak juga belajar bahwa tindakannya juga akan menghasilkan suatu reaksi tertentu misalnya bila mainannya dipukul maka akan berbunyi.



Komunikasi dua arah sangat penting bagi semua interaksi manusia. Komunikasi 2 arah memungkinkan anak anak belajar tenta diri sendiri dan dunia. Anak anak belajar memeluk dan dipeluk, ia belajar bahwa dirinya dihargai. Bila ia menyakiti anak alain maka anak lain akan menangis, ia belajar bahw tindakannya bisa menyebabkan orang lain menangis. Tanpa pengalaman mendasar ini anak tidak akan belajar sebab akibat yang berarti mereka tidak bisa memulai membentuk pemahaman yang benar tentang siapa mereka dan bahwa dunia adalah sesuatu yang logis.

4.Komunikasi Kompleks



Begitu anak menguasai komunikasi 2 arah, jumlah siklus komunikasi yang mampu dibangun oleh anak akan terus bertambah dengan cepat, seiring denganbertambah pula kerumitannya. Bla awalnya ia hanya menanggapi komunikasi dengan isyarat maka ia mulai dapat menkaitkan beberapa isyarat sebagai bentuk respon yang rumit terhadap suatu kondisi. Misalnya semula bayi hanya tertawa bila melihat ibunya..selanjutnya arah konunikasi menjadi lebh komplek sehingga respon yang diberikan anakpun menjadi lebih rumit misalnya bila melihat ibu datang maka ia akan tertawa, melonjak dan menjerit riang dan berlari menghampiri ibu.



Pada tahapan selanjutnya anak akan menggunakan kosa kata untuk mengungkapkan isi hatinya. Meski masih terbatas anak mulai belajar untuk mengkaitkan kondisi dirinya menjadi sebuah siklus komunikasi dengan reaksi yang rumit. Misalnya bila anak lapar maka ia tak lagi hanya menangis namun ia mulai menggandeng tangan ayah mengajaknya kedapur dan menunjukkan makanan yang ia inginkan seraya mengucapkan makanan yang dimaksud. Bila ia marah maka ia pun tidak hanya menangis melainkan ia bisa merebut kembali mainan yang direbut kakaknya hingga ia bereaksi marah dan memukul sang kakak serta membawa mainan tersebut lari bersembunyi ke kolong tempat tidur.



Pada fase ini anak mulai belajar memunculkan kepribadiannya yang diawali dari pemahaman terhadap dirinya tentang ragam emosi yang menjadi latang belakang perilakunya. Ia juga belajar tentang reaksi orang lain terhadap perilakunya. Ia belajar memahami pola orang lain. Ni adalah fase kritis dimana untuk pertama kalinya ank belajar tentang dihargai, diterima, ditolak, atau dipermalukan.



Pada tahapan ini pula anak melajar meniru (copy cat ) percakapan orang dewasa disekelilingnya. Sebagai panduan bagi orang tua biasanya anak memulai fase ini pada kisaran usia 12 - 20 bulan.



5.Gagasan Emosional



Kemampuan anak memiliki gagasan berkembang pertama kalidalam bermain. Pada masa ini anak mulai menggunakan imajinasinya untuk mengungkapkan gagasan. Anak mulai bermain peran sederhana misalnya anak menjadi ibu yang menyuapi anaknya ( boneka ) anak menjadi pilot pesawat tempur yang sedang menyerang benteng pertahanan musuh atau menjadi Godzilla yang sedang menghancurkan kota mainan dan bantal di kamarnya.



Bersamaan dengan permainan yang memuat gagaan berkembang pula penggunaan kata katanya. Pada tahap awa ia akan memberi nama pada semua mainannya kemudian ia belajar menyusun dialog pada permainan yang ia mainkan. Perhatikanlah bagaimana keajaiban itu terjadi. Anak kita dapat menjadi seorang sutradara sekaligus penulis skenario ulung dalam peran jurassic park atau Tarzan dan binatang rimba.



Melalui permainan yang memuat gagasan dan simbol inilah anak belajar perluasan penggunaan kata. Anak belajar bahwa simbol dapat menyatakan sesuatu. Kardus kosong dapat merupakan simbol bak mandi yang ia gunakan untuk memandikan bonekanya. Pada akhirnya anak akan mampu memainkan gagasan gagasan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya bila ia terbangun tengah malam maka ia akan memanggil ibunya sebagai ganti menangis sebagai bentuk ungkapan emosi takut atau gelisah . Kadang bahkan ia hanya menggunakan imaginasinya tentang ibu untuk dapat menenangkan dirinya.



6.Berpikir emosional



Pada tahap ini anak mampu mengungkapkan emosi dalam kisaran yang luas di dalam permainannya melalui eksperimen. Ia bahkan bisa memprediksi apa yang akan terjadi misalnya jika ibu pergi aku akan merasa takut, bia aku memukul adik maka ayah akan marah dst.



Ia juga mulai memahami kemunculan konsep ruang dan waktu dalam cara yang lebih emosional dan pribadi misalnya jika aku memukul budi temanku maka mungkin besok aku akan dibalas oleh budi.



Kemampuan memahami ruang dan waktu serta menghubungkan tindakan dengan perasaan memungkinkan seorang anak mengembangkan pemahaman diri dan memiliki jembatan logis antara berbagai gagasan , prilaku dan emosi yang ada. Dengan modal ini anak akan menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang terkait dengan perkembangan sosialisasinya. Anak akan belajar bagaimana harus bersikap dengan baik menghadapi situasi dan kondisi saat ia bersosialisasi. Misalnya karena bila ia memukul teman maka ia akan dipukul lagi ia belajar mengungkapkan emosi marahnya dengan format yang lain misalnya dengan mencari teman baru yang lebih cocok bila bermain dengannya.



Selama tahap ini anak menjadi verbal seutuhnya meskipun kadang ia masih mengandalkan gerak dan isyarat untuk mengungkapkan perasaannya khususnya untuk perasaan negatif seperti marah dan agresi namun ia lebih nyaman dalam dunia kata kata.



Keenam tahapan perkembangan emosi ini menjadi dasar dalam tahapan tumbuh kembang pada periode tertentu sesuai usia anak balita kita. Dengan memahami tahapan perkembangan emosi ini orang tua akan lebih mudah mengarahkan stimulan yang tepat bagi setiap fase perkembangan.



Semoga bermanfaat





Literatur :

The Child with Special Needs, Stanley I. Greenspan, MD, Serena Wieder, PH.D

Muenchener KinderEntwicklung, Munich Germany
~Stay Cool and Lovely ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar