Sabtu, 05 Februari 2011

Bunda Ayun Aku dalam Buaianmu!

Bila kita perhatikan, pola asuh yang berbeda sangat terlihat antara pola asuh budaya Barat serta Timur. Kebanyakan pola asuh yang biasa diterapkan oleh masyarakat di Barat, tampak menerapkan kemandirian sejak anak masih kecil. Anak dibiarkan dalam kamar terpisah dari dini ( bahkan sejak masih bayi ), dibiarkan untuk tertidur dalam kamarnya tersebut.

Bandingkan dengan budaya di daerah Timur, bayi ditidurkan dengan diayun, di-ais ( bahasa Sunda ), di-emban ( bahasa Jawa ), tidur dalam satu kamar, bahkan satu tempat tidur dengan ayah bundanya.

Sepintas nampak perbedaan yang jelas terhadap pola asuh tadi. Namun adakah pengaruh yang signifikan terhadap pola tumbuh kembang anak selanjutnya?

Ternyata pola tadi sempat ditanyakan dalam bukunya Dr.Ratna Megawangi, Character Parents space, dikatakan bagaimana pengaruhnya bila anak dininabobokan oleh
ibunya sebelum tidur.

Ternyata jawabanya sungguh mengejutkan. Pola di Timur yang biasa kita lakukan ternyata perlu kita syukuri. Dikatakan bila anak lebih banyak mendapatkan dekapan
dan sentuhan fisik, ada semacam kerinduan terhadap orangtuanya. Dan hal ini merupakan dasar bagi hubungan harmonis di dalam kelurga. 

Di Barat, anak yang diberi kamar sendiri sejak bayi, dalam perkembangannya anak
bukannya mandiri , malah cenderung untuk individualis. Hal ini disebabkan karena sebenarnya mereka belum siap dipisahkan dan masih merindukan ketergantungan kepada orangtua.
Hal ini didukung juga dengan penelitian yang memaparkan bahwa hal tadi ( meninabobokan dll ) dapat menimbulkan efek psikologis kedekatan hubungan antara
ibu dan anak lebih erat. Anak merasa aman, mendapatkan kasih sayang, dan sentuhan membuat fondasi perkembangan spiritual dan emosi anak berkembang. 

Efek ini juga sama jika kita mendongengkan sebuah cerita.
Pengaruh mengayun ini ternyata sangat luar biasa.
Bukankah anak mudah tertidur saat kita ayun?
Meng’ayun’ sebenarnya ‘fitrahnya’ bayi. Karena ia terbiasa di’ayun’dalam cairan dalam rahim ibu saat ia masih dalam kandungan. 

Lihat saja saat ia menangis,
pola mengayun ini sering membuat tenang (tentu bukan menangis karena lapar atau basah ya)

Tanpa berupaya mengklaim bahwa salah satu pola asuh dengan menggendong adalah yang terbaik. Namun beberapa fakta dibawah ini mungkin bisa mendorong kita, bunda,ayah untuk mau mengayun si kecil dalam buaian kita.

Berdasarkan pengalaman memiliki 2 balita yang punya kebiasaan digendong, membuat saya merasa “perlu” berbagi dengan orangtua yang memiliki kebiasaan yang sama. Bagi saya mengendong itu memerlukan energi yang lebih. Apalagi bagi orangtua yang tentunya sedang dalam keadaan penat luarbiasa. Energi lebih disini bagi orangtua karena selain fisik yang dituntut lebih juga secara mental serta emosional juga harus punya energi lebih. Anak seringkali mengetahui loh saat kita tidak sepenuh hati dalam menggendong.

Menggendong bagi saya juga memiliki dimensi yang lumayan lengkap. Selain ayunan yang meninabobokan, dekapan kita membuatnya super nyaman, karena suhu tubuh kita dan anak akan saling menyesuaikan, ini diaplikasikan salah satunya dalam skin contact pada proses inisiasi menyusu dini, juga kangaroo care. Teknik kanguru ini berdasarkan penelitian di Neonatal Network 1998, terbukti dapat meningkatkan keintiman dan kasihsayang antara bayi dan orangtuanya. Teknik ini telah dikenal luas di rumah sakit di Amerika sebagai salah satu mengurangi stress pada bayi prematur. Bahkan direkomendasikan bila si kecil mengalami masalah tidur, enggan menyusui atau terlihat rewel. Bisa kita lihat di Barat sendiri pola asuh kembali ke ‘basic’, mungkin menyadari bahwa kedekatan emosional dapat optimal terbentuk dari pola-pola ini.

Selain itu saat menggendong kita bisa mengusap, menepuk-nepuk, bersenandung, bershalawat, berdzikir, keep eyes contact, tersenyum, dll. Apapun bisa dilakukan lebih banyak. Tentunya kita pun sebagai orangtua pun dapat banyak pelajaran. Ya banyak belajar untuk bersabar misalnya. Bagi saya ini penting karena pengendalian emosi kita bisa dilatih sejak anak kita masih kecil. Ntar kalo dia sudah beranjak besar, kita tentunya bisa lebih super sabar, karena telah terlatih untuk itu. Dan saat anak bisa terlelap atau hanya mau digendong oleh kita karena nyamannya, betapaaa membahagiakan. Selain itu kita dapat melatih fisik kita saat menggendong. Coba kombinasikan dengan gerakan-gerakan ringan. Jadinya saat menggendong kita dapat pula berolahraga.


Oh ya kembali ke penelitian tentang gendongan tadi, bahkan dalam salah satu artikel yang saya baca, posisi bayi ketika kita menggendong ternyata juga sangat berpengaruh. Penelitian menunjukan bahwa menggendong bayi dengan posisi kepala di sebelah kiri, membantu menenangkan bayi. Bayi memiliki kecendrungan untuk lebih nyaman saat kita menggendongnya di sebelah kiri karena dia bisa mendengar detak jantung kita yang berada di dada kiri. Inilah yang membuatnya nyaman dan damai. Jika kita menggendongnya di sebelah kanan , hal ini akan membangkitkan semangat dan membuatnya terjaga.


Mengayun, menggendong akan membuat bayi memahami bahwa kita adalah orang yang selalu ada untuknya. Walau disela-sela waktu kita. Saya sebenarnya pernah juga mengatakan pada ayah saya, yang pakar banget dalam hal gendong mengendong ini, katanya nih,saat saya pernah berkomentar karena ada yang memberitau saya bahwa mengendong nanti akan membuat anak jadi kebiasaan adalah “jangan deny saat kamu cape, bagaimanapun anak akan sangat nyaman dengan pola ini”. Tentu kemudian saya tidak menelan mentah-mentah ucapan tadi. Disertai mencari-cari hal ‘ilmiahnya’ hingga saya meyakinkan diri bahwa menggendong yang ayah saya rekomendasikan itu, memang salah satu pola asuh terbaik bagi anak-anak saya.Itu dibuktikan dengan anak pertama saya yang tumbuh dengan pribadi yang hangat, yang kini sudah punya dunianya sendiri. Sedikit catatan mungkin 2 tahun pertama saja anak senang dengan pola ini, selanjutnya ia akan tertidur sendiri dengan aktivitasnya yang makin kompleks.

Semoga tulisan ini dapat menjadi semangat bagi bunda atau ayah, yang mungkin kelelahan saat mengayun anaknya atau yang beranggapan bahwa mengayun anak
membuat jadi kebiasaan yang salah atau bahkan membuat anak tergantung. 

Percayalah ini adalah investasi yang berharga bagi masa depannya kelak. Karena tentu kita berharap, anak-anak kita bukan saja tumbuh sehat secara jasmaninya saja, tapi juga sehat mentalnya juga sehat secara emosionalnya. Amiin


sumber :
dr.Kharisma Perdani K
*Public Relation WISE ( Women’s Initiative for Society Empowerment ).
Klinik, Konsultasi dan Pelatihan, 
Jl.Tubagus Ismail No.40A Bandung
*Redaktur Parenting Islami
http://parentingislami.wordpress.com

1 komentar:

  1. Aku stuju ma artikel ini. InsyaAllah di luar jam kantor, semaksimal mgkn aku menggendong anakku. N anehnya, dy tau jadwal aku ada di rumah. Klo jdwl aku kerja, dy ga pernah rewel klo tidur di ayunan. Tp saat aku di rumah, ttp aj mesti aku gendong dulu. trus dy punya kebiasaan tidur setelah mandi sore di gendonganku wlwpun cm stengah jam,,klo di gendongan org lain ga bkl mo tidur. Tp dgn menggendongnya tiap sore,,aku senenggg bgt liat muka dy lg tidur.. Kebahagiaan yg ga terkatakan..=)

    BalasHapus