Senin, 07 Februari 2011

RELAKTASI, Bila Akan Kembali Memberi ASI Yang Sempat Terhenti.

ASI ternyata mempunyai sejuta manfaat dan sejuta kelebihan. Ilustrasi kalimat itu menunjukkan betapa luar biasa karunia Tuhan kepada manusia berupa ASI yang ada pada setiap ibu.Mengenai pentingnya pemberian ASI, sesuai rekomendasi mengenai optimal feeding dari World Health Organization (WHO) ada empat unsur, yaitu inisiasi menyusui setelah bayi lahir, ASI eksklusif sampai usia enam bulan, mulai usia enam bulan diberi makanan pendamping ASI yang berkualitas, dan menyusui hingga usia anak dua tahun.
Pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan yang diteruskan hingga anak berusia dua tahun ditambah makanan pendamping yang tepat, akan meningkatkan kualitas kesehatan bayi hingga tumbuh dewasa nanti.

Terhenti ASI
Namun, beberapa kasus pada anak-anak sempat terhenti pemberian ASI karena berbagai alasan. Diantaranya, ibu harus dirawat karena sakit, ibu sibuk bekerja, ASI mengering, atau ibu mengalami sakit yang sementara waktu dilarang memberikan pada bayinya.

Sebagian ibu lainnya kesulitan untuk menyusui karena mendapat tekanan dari lingkungan, minimnya pengetahuan orangtua tentang ASI, hingga berbagai mitos tidak benar seputar menyusui.
Hal tersebut menjadi penyebab kegagalan ibu menyusui dengan baik. Produksi ASI berkurang dan bayi malas menyusu sehingga ASI mengering. Berbagai informasi mengenai ASI akhir-akhir ini semakin banyak ditularkan untuk menyadarkan orangtua betapa pentingnya “cairan hidup” anugerah dari Tuhan tersebut.

Anak-anak yang sempat terhenti untuk mendapat ASI bisa mendapatkan ASI kembali. Karena ternyata produksi ASI dari seorang ibu dapat diaktifkan kembali. Jika ibu tersebut memutuskan kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui sama sekali beberapa lama, ini disebut dengan relaktasi atau kembali menyusui.

Relaktasi adalah proses menyusui kembali yang dilakukan setelah beberapa hari, beberapa minggu, bahkan beberapa tahun setelah berhenti menyusui. Beberapa alasan perlu dilakukannya relaktasi, antara lain sebagai bagian dari pengobatan rehidrasi pada bayi mencret dan kurang gizi setelah penyapihan, ingin menyusui kembali setelah disapih atau memulai menyusui yang tertunda karena bayi prematur, ibu atau bayi sakit keras.
Selain itu, relaktasi juga biasanya dilakukan karena bayi tidak cocok dengan berbagai susu formula atau ibu berubah pikiran ingin menyusui, dari pemakaian susu formula. Bisa juga karena kondisi harga susu formula yang terus meroket.

Kasus ekstrem relaktasi dikerjakan seorang nenek yang menyusui cucunya. Selain itu, juga dikenal adoptive breastfeeding, yaitu usaha untuk menyusui anak adopsi. Tentunya dengan motivasi yang kuat, maka bisa mengeluarkan ASI.

Beberapa kasus mencontohkan terdapat seorang ibu yang berhasil menyusui tiga anak adopsinya. Seorang ibu yang baru saja berhenti menyusui tiga atau enam bulan, hampir pasti bisa menyusui kembali. Sementara itu, nenek yang sudah menopause saja bisa menyusui lagi atau ibu yang tidak pernah hamil dan melahirkan juga bisa menyusui. Hanya, memang ada tahap-tahap yang harus dilakukan dan dibantu oleh konselor laktasi. Saat ini, di dunia laktasi, relaktasi sangat mungkin dilakukan oleh setiap ibu. Meski perlu diketahui bahwa selama masa istirahat dari kegiatan menyusui, produksi ASI mungkin menjadi jauh berkurang bahkan terhenti. Saat sang ibu hendak menyusui kembali, seluruh organ produksi ASI butuh waktu untuk mempersiapkan diri agar dapat bekerja kembali dan siap memproduksi ASI.

Sebuah kasus yang tidak pernah menyusui hingga anak berusia enam bulan karena alasan tertentu, lalu menyusui lagi diperlukan waktu sekitar 1 sampai 1,5 bulan. Dengan cara yang benar dan tepat, ini bisa dilakukan untuk pemenuhan gizi anak di bawah usia dua tahun.

ASI Kembali Lancar
Ada teknik-teknik khusus untuk kembali membuat si organ produksi ASI bekerja kembali. Sevara umum terdapat dua hal, yaitu dilakukan stimulasi pada payudara dan organ-organ produksi ASI dengan cara dipompa atau diperas.Mengajarkan kembali sang anak bagaimana cara menyusu di payudara sang ibu. Di sini biasanya dibutuhkan alat tambahan, seperti lactationaid.

Persiapan Mental
Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan relaktasi. Sebaiknya, diskusikan terlebih dahulu alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas, dan ajaklah keluarga, terutama suami, untuk membantu dalam melakukan persiapan mental:
  • Bersiap-siaplah untuk menghadapi stres yang mungkin akan dialami selama minggu-minggu pertama dimulainya masa relaktasi. Ada kemungkinan bayi akan menolak menyusu langsung dari payudara, atau bayi akan lebih banyak menangis karena merasa frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar.
  • Mintalah dukungan mental dari orang-orang terdekat di lingkungan, selain suami dan keluarga. Misalnya, dokter, konsultan laktasi ataupun teman yang pernah berhasil melakukan kegiatan relaktasi. Sering membuka informasi internet atau milis kesehatan di internet.
  • Percaya diri dan motivasi yang tinggi adalah kunci utama keberhasilan program relaktasi. Percaya bahwa akan mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi, dan walaupun awalnya terasa sangat sulit, namun yakin bahwa perjuangan akan membuahkan hasil.
Persiapan Relaktasi
Bila sudah mantap memutuskan untuk melakukan relaktasi, berikut adalah persiapan awal yang dapat dilakukan adalah :
  • Pastikan cukup makan dan minum. Mulai meningkatkan konsumsi protein dan cairan ke dalam menu makan sehari-hari untuk membantu mempercepat tubuh dalam memproduksi ASI.
  • Mintalah kepada dokter obat yang dapat membantu tubuh dalam memproduksi ASI, atau mulai mengkonsumsi jamu ataupun jenis makanan lainnya yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI.
  • Banyak beristirahat. Mulailah mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sekiranya bisa delegasikan, karena akan menghabiskan hampir seluruh waktu bersama bayi selama minggu-minggu pertama program relaktasi.
  • Kurangi jadwal kegiatan diluar rumah, dalam minggu-minggu pertama masa relaktasi sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi.
  • Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya baik pada malam maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah sesering mungkin. Katakan kepadanya bahwa aku sangat mencintaimu, dan ingin memberikan yang terbaik untuknya.
  • Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi dikerjakan sendiri, seperti memandikan, menggantikan popok, menidurkan dan mengajaknya bermain.
  • Berlatih memposisikan bayi pada payudara. Cobalah dengan berbagai cara untuk menemukan kembali posisi yang paling nyaman ketika mulai menyusui.
Cara Melakukan Relaktasi
Relaktasi hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu : membiarkan bayi menyusu sesering mungkin pada payudara. Frekuensi menyusui ini setidaknya adalah 10 kali dalam 24 jam, atau lebih jika memang bayi menginginkannya.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat tempuh untuk meningkatkan frekuensi menyusui bayi.
  • Cobalah untuk menyusui bayi setiap 2 jam sekali.
  • Biarkan bayi menyusu kapan pun, setiap kali ia terlihat berminat.
  • Sebaiknya membiarkan bayi mengisap payudara sekitar 30 menit setiap kali ia menyusu, jika dimungkinkan. Atau secara bertahap dapat ditingkatkan durasi menghisapnya tersebut, dimulai dari sekurangnya 15 menit pada saat menyusu.
  • Usahakan untuk selalu bersama bayi terutama pada malam hari ketika hormon prolaktin (penghasil ASI) sedang banyak-banyaknya dihasilkan.
  • Sebagai langkah awal harus memberikan seporsi penuh susu (formula atau Asper) sesuai dengan berat badan bayi, atau dalam jumlah yang sama seperti yang dikonsumsi sebelumnya.
  • Segera setelah ASI mulai keluar sedikit, porsi susu (formula atau ASIP) tersebut dapat dikurangi sebanyak 30-60ml dalam sehari, sampai habis.
  • Jika bayi kadang-kadang masih menyusu, pasokan ASI dapat meningkat dalam beberapa hari. Jika bayi sudah berhenti menyusu, mungkin diperlukan beberapa minggu untuk menghasilkan kembali pasokan ASI.
  • Lama berhenti menyusui dapat dijadikan tolak ukur kasar mengenai jangka waktu relatasi. Jika baru berhenti menyusui, maka dibutuhkan waktu yang tidak lama untuk menghasilkan kembali pasokan ASI. Namun, jika telah berhenti menyusui lama, mungkin akan dibutuhkan waktu yang lama pula untuk menghasilkan ASI kembali.
  • Relaktasi lebih mudah jika bayi sangat muda (kurang dari 3 bulan), daripada jika bayi berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi dimungkinkan pada usia berapa saja.
  • Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu dibandingkan dengan bayi yang sudah lebih lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan kapan saja.
  • Pastikan bahwa ketika menyusui, posisi badan, posisi badan dan posisi pelekatan bayi sudah benar, nyaman dan tepat.
  • Sebaiknya mengurangi sexara bertahap pemberian makanan (susu formula) lewat botol yang menggunakan dot bayi. Gantilah dengan metode pemberian melalui cangkir, sendok, pipet ataupun dengan jari tangan. Sebaiknya tidak memberikan empeng pada bayi. Gantilah kebiasaan comfort sucking bayi pada empeng dengan comfort sucking pada payudara.
  • Jika bayi menolak mengisap payudara yang ’kosong’, dapat memberikan susu (formula atau ASIP) pada saat bayi sedang mengisap payudara dengan memeriksa secara teratur apakah bayi tidak kekurangan nutrisi. Hal itu dilakukan dengan memantau kenaikan berat badannya, yaitu sekurangnya 500gr dalam sebulan, dan frekuensi harian BAK (5-6 kali).
Jangka Waktu Relaktasi
Jangka waktu yang dibutuhkan agar pasokan ASI seorang wanita meningkat sangat bervariasi. Akan sangat membantu jika Anda sangat termotivasi dan bayi Anda sering menyusu sesuai dengan frekuensi yang telah disarankan. Namun, sebaiknya tidak perlu cemas apabila waktu yang diperlukan untuk menghasilkan ASI kembali lebih lama dari yang diperkirakan.

Lebih penting adalah menghindari segala perasaan negatif, terutama harapan yang sangat besar, jika setelah berakhirnya masa relaktasi pasokan ASI tidak sebanyak sebelum berhenti menyusui. Setiap ibu membutuhkan durasi yang berbeda-beda untuk meningkatkan atau menghasilkan pasokan ASI. Memberikan bayi ASI, berapapun jumlah, sangat jauh lebih bermanfaat daripada tidak memberikan ASI sama sekali. Jadi, walaupun pada akhirnya tetap harus memberikan susu formula bersamaan dengan ASI. Fokuskan pada perasaan positif pada bayi, dan bukan pada seberapa banyak ASI yang didapatkan hasilnya.

Sumber : http://supportbreastfeeding.wordpress.com





~Stay Cool and Lovely ~

2 komentar:

  1. sedih sih ketika pasokan ASI berkurang, dan benar-benar harus berhenti memberikan ASI padahal usianya baru 8 bulan. Saya betul-betul mencari cara bagaimana agar bisa kembali menyusui dan ingin mencoba metode relaktasi ini semoga berhasil. Doain ya..

    BalasHapus
  2. Aamiin YRA..
    Maaf baru baca komentarnya..
    Semangat ya Bunn!!

    BalasHapus