Selasa, 01 Februari 2011

Mengamati Berbagai Gaya Belajar Anak

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Pernah nggak Ayah Bunda mengamati dan mencari tahu, kenapa sih ada anak yang tidak mau diam? aktiiif sekali. Sedangkan di sisi yang lain ada juga anak yang cenderung lebih pendiam, duduk manis, suka membaca, dsb.
Ternyata hal ini berhubungan dengan cara setiap anak menangkap dan mengolah informasi yang mereka dapatkan. Gaya bekerja otak ini diterjemakan ke dalam gaya belajar anak yang berbeda-beda.
Jadi, bila buah hati Ayah Bunda termasuk yang aktif, tidak mau diam di kelas, jangan buru-buru mencapnya sebagai anak yang "nakal" atau malas belajar ya..?!!
Dengan memahami berbagai macam gaya belajar anak, maka stimulasi dan metoda belajar yang diberikan akan lebih tepat guna dan tepat sasaran, sehingga anak anda akan berkembang secara optimal.

Yuk, kita simak lebih lanjut (^_^)!
Thomas Amstrong memilah gaya belajar setiap orang menjadi tiga: Visual, Auditori, dan
Kinestetik (Haptik).

1. GAYA BELAJAR VISUAL (penglihatan)
Ciri pada anak:
- Lebih mudah ingat dengan cara melihat.
- Tidak terganggu oleh suara ribut saat belajar.
- Lebih suka membaca.
- Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan.
- Tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
- Tertarik pada seni seperti lukis, pahat, gambar daripada seni musik.
- Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain. 
- Lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar
- Memiliki kepekaan kuat terhadap warna
- Tertarik pada seni lukis, pahat, dan gambar, daripada musik
- Mudah menghafal tempat dan lokasi
 

Media/bahan yang cocok:
• Guru yang menggunakan bahasa tubuh atau gambar dalam menerangkan.
• Media gambar, video, poster dan sebagainya.
• Buku yang banyak mencantumkan diagram atau gambar
• Flow chart
• Grafik
• Menandai bagian-bagian yang penting dari bahan ajar dengan menggunakan warna yang berbeda
• Simbol-simbol visual

Strategi belajar:
• Mengganti kata-kata dengan simbol atau gambar, dan video.
 
 
Kendala pada anak:
Utamanya dalam visual motor, seperti terlambat menyalin pelajaran di papan tulis, dan tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca.


2. GAYA BELAJAR AUDITORI (pendengaran)
Kaitannya dengan proses belajar menghafal, matematika dalam hal mengerjakan soal cerita, membaca, dan mengerti isi bacaan. 

Ciri pada anak:
- Mudah ingat dari apa yang didengarnya, mudah mengingat apa yang didiskusikan.
- Tak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut.
- Senang dibacakan atau mendengarkan.
- Lebih suka menuliskan kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, dan pandai bercerita.
- Bisa mengulangi apa yang didengarnya, baik nada, irama, dan lainnya.
- Lebih suka humor lisan ketimbang baca buku.
- Senang diskusi, bicara atau menjelaskan panjang lebar.
- Menyenangi seni musik. 
- Mudah ingat dari apa yang didengar atau dibicarakan dengan teman-teman atau lingkungannya
- Senang dibacakan atau mendengar cerita dibanding membaca cerita sendiri
- Suka menuliskan kembali sesuatu
- Senang membaca dengan suara keras
- Pandai bercerita
- Bisa mengulangi apa yang didengarnya, baik nada atau irama
- Lebih suka humor lisan dibandingkan humor tulisan
- Senang diskusi, bicara, bertanya, atau menjelaskan sesuatu dengan panjang
- Mudah mempelajari bahasa asing
 

Media/bahan yang cocok:
• Menghadiri kelas
• Diskusi
• Membahas suatu topik bersama dengan teman
• Membahas suatu topik bersama dengan guru
• Menjelaskan ide-ide baru kepada orang lain
• Menggunakan perekam
• Mengingat cerita, contoh, atau lelucon yang menarik
• Menjelaskan bahan yang didapat secara visual (gambar, power point, dsb.)

Strategi belajar:
• Catatan yang Anda buat mungkin sangat tidak memadai. Tambahkan informasi yang didapat dengan cara berbicara dengan orang lain dan mengumpulkan catatan dari buku.
• Rekam ringkasan dari catatan yang dibuat dan dengarkan rekaman tersebut
• Minta orang lain untuk ‘mendengar’ pemahaman Anda mengenai suatu topik
• Baca buku atau catatan dengan keras
 

Kendala pada anak:
Sering lupa apa yang dijelaskan guru, sering lupa membuat tugas yang diinstruksikan guru secara lisan, kerap keliru mengerjakan seperti yang diperintahkan guru, dan kesulitan mengekspresikan apa yang dipikirkan.
 
 
3. GAYA BELAJAR KINESTETIK (gerak)
Kaitannya dengan proses belajar yang membutuhkan banyak gerak, semisal pelajaran olahraga dan percobaan-percobaan sains. 

Ciri pada anak:
- Lebih banyak menggunakan bahasa tubuh.
- Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan secara fisik.
- Ketika membaca, menunjuk kata-katanya dengan jari tangan.
- Kalau menghafal sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung.
- Belajar melalui praktik langsung atau dengan manipulasi (trik, peraga).
- Banyak gerak fisik dan punya perkembangan otot yang baik.
- Menanggapi perhatian fisik. 

Media/bahan yang cocok:
• Menggunakan seluruh panca indera – penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman, pendengaran.
• Laboraturium
• Kunjungan lapangan
• Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata
• Pengaplikasian
• Pameran, sampel, fotografi
• Koleksi berbagai macam tumbuhan, serangga, dan sebagainya


- Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya
- Suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan tangannya sangat aktif
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
- Banyak melakukan gerakan fisik
- Ketika membaca, ia menunjuk kata-kata dalam bacaan dengan jari tangannya
- Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu dengan peragaan atau gerakan daripada menjelaskan
 

Strategi belajar:
• Anda akan mengingat kejadian nyata yang terjadi
• Masukan berbagai macam contoh untuk memudahkan dalam mengingat konsep
• Gunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide
• Kembali ke laboraturium, atau tempat Anda dapat melakukan eksprimen
• Mengingat kembali mengenai eksperimen, kunjungan lapangan, dan sebagainya.
 

Kendala pada anak:
Anak cenderung tidak bisa diam. Anak dengan gaya belajar seperti ini tidak bsia belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Anak akan lebih cocok dan berkembang bila di sekolah dengan sistem active learning, di mana anak banyak terlibat dalam proses belajar.


 Nah, berikut ini adalah kepercayaan-kepercayaan lama yang keliru tentang belajar :

1.Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dengan duduk tegak di depan meja.
Penelitian telah membuktikan bahwa banyak manusia menghasilkan kinerja yang lebih baik di  lingkungan informal. Ketika seorang duduk di kursi yang keras, kira-kira 75 % persen berat badannya ditopang oleh tulang yang hanya sepuluhsentimeter persegi. Akibat tekanan tersebut pada jaringan pantat sering menyebabkan kelelahan, perasaan tidak nyaman dan kebutuhan sering mengubah-ngubah tempat duduk.Maka banyak sekolah modern di dunia yang juga menyediakan karpet dan lantai kelas mereka untuk tempat pembelajaran agar anak tidak jenuh dan penat untuk selalu duduk belajar dengan formal.

2.Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dalam ruangan dengan pencahayaan yang  terang karena pencahayaan yang redup akan merusak mata mereka ketika membaca dan bekerja.
Penelitian membuktikan bahwa siswa menghasilkan kinerja yang lebih baikdalam ruangan berpencahayaan redup sedangkan pencahayaan yang terang membuat mereka gelisah, cemas dan mendorong anak menjadi hiperaktif. Pencahayaan redup memberikan ketenangan kepada banyak siswa dan membantu mereka untuk merasa lebih santai dan berfikiran jernih.

3.Siswa belajar lebih banyak dan lebih baik dalam lingkungan yang benar-benar sunyi.
Penelitian mengungkapkan banyak orang dewasa mampu berfikir dan mengingat paling baik ketika mendengarkan musik. Dan penelitian di negara maju menunjukan 40% siswa menengah lebih menyukai mendengarkan suara musik dan kebisingan saat belajar, mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam keadaan sunyi. Namun selalu ada siswa dalam tiap-tiap kelompok membutuhkan suasana yang benar-benar sunyi. Lingkungan belajar dan pelatihan seharusnya melayani kedua kebutuhan ini.
4.Siswa lebih mudah mengenali subjek yang sulit pada awal pagi ketika mereka masih dalam kondisi paling waspada.
Hal ini tidak berlaku bagi semua pembelajar. Apabila siswa dibiarkan belajar pada waktu-waktu yang paling tepat bagi mereka, maka sikap, motivasi dan nilai matematika mereka akan membaik. Tidak semua anak dapat berkonsentrasi pada pagi hari dan itulah sebabnya para pembelajar sore dan para “tukang begadang” malam mendapat masalah belajar dalam tatanan pendidikan tradisional yang menjadwalkan subjek-subjek sulit pada jam-jam pagi hari

5.Siswa yang tidak bisa duduk tenang berarti belum siap belajar atau tidak bisa belajar dengan cara yang benar.
Biasanya siswa yang lebih banyak dari kalangan laki-laki membutuhkan mobilitas saat mereka belajar. Kebanyakan siswa yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran cenderung belajar lebih banyak, dan memperhatikan lebih cermat dan meraih nilai tes lebih tinggi dibanding apabila mereka harus duduk diam dan mendengarkan saja.

6.Umumnya semakin bertambah usia semakin mudah mereka beradaptasi dengan gaya mengajar seorang guru.
Meskipun memang benar bahwa siswa dewasa membutuhkan motivasi yang lebih sedikit dari guru, juga struktur yang lebih sedikit, mereka tetap belajar dengan cara yang berbeda , memiliki kebutuhan dengan gaya berbeda. Sebagai mana siswa yang lebih muda usianya, merekapun mendapatkan kesulitan yang sama dalam menghadapi para guru dan pelatih dengan gaya mengajar yang tidak sama dengan gaya belajar mereka.


Semua hal diatas adalah pemikiran keliru mengenai gaya belajar dan mengajar yang perlu dikoreksi lagi. 

Bagaimana solusinya? 

Yang pertama perlu dilakukan para guru, orang tua dan pelatih adalah :
  • Setiap orang tua dan pendidik seharusnya memiliki pengetahuan tentang gaya belajar yang berbeda .
  • Para pendidik harus siap mengimplementasikan metode pengajaran yang berpusat pada siswa dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan semua siswa.
  • Orang tua harus mengerti perbedaan gaya belajar pada anak-anak mereka sebaiknya mendukung kebutuhan belajar mereka yang sebenarnya dan menciptakan lingkungan belajar yang akrab dirumah. Serta tidak memaksakan kehendak untuk mengikuti gaya belajar mereka.
 
Nahh... tipe yang manakah Buah Hati Ayah Bunda? 
Happy Learning with Love (^_^)
~BuBu~
Sumber :
episentrum.com





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar